Saturday, September 3, 2016

( REVIEW BUKU ) THE ARCHITECTURE OF LOVE BY IKA NATASSA + QUOTE


Judul Buku: The Architecture of Love
Penulis: Ika Natassa

Sinopsis:
Raia Risjad, seorang penulis terkenal sudah selama dua tahun berhenti menulis dan mengalami writer's block yang selama mungkin ingin dia kecoh tapi tidak berhasil untuk dia hindari. Raia memilih menenggelamkan diri dalam jumpa pembaca yang menjadi penggemar dari karya-karyanya selama dua tahun untuk mengalihkan perhatian dari writer's block tapi tidak bisa. Semua ini ada diluar kendalinya, Raia tak cuma tidak bisa menulis, dia juga patah hati.

Raia memilih untuk terbang ke New York, menemui sahabatnya Erin untuk proyek menulisnya. Barangkali dia memang butuh suasana baru untuk menulis, inspirasi yang baru dan semuanya itu. Raia yang senang berdiam di rumah dan berkutat dengan diri sendiri dan Erin yang menyukai pesta dan keramaian. Segala sesuatu butuh dirayakan, menurut Erin. Karena itulah dia menyeret Raia untuk menghadiri pesta tahun baru di rumah Aga, salah seorang temannya di New York bersama teman-temannya yang lain - orang-orang indonesia yang tinggal di New York.

Raia tidak suka bising dan dia tidak suka berlama-lama dalam pesta, tanpa sengaja dalam ruangan yang gelap di apartemen Aga, Raia bertemu seorang lelaki yang sibuk menggambar disitu. Kakak Aga, bernama River. Raia merasa laki-laki itu menyimpan sesuatu yang entah apa. Dia baik dengan caranya sendiri, bukan acuh tapi juga tidak terlalu ramah. Tanpa sadar Raia penasaran dan mulai menganggap River menyimpan misteri yang sangat ingin dia ungkap. Biasanya dia bisa mengerti seseorang karena pekerjaannya sebagai penulis, tapi tidak dengan River.

Beberapa hari setelah pesta Raia yang berjalan-jalan mencari inspirasi menulis, keluar rumah dan menjadikan seluruh New York sebagai ruang kerjanya tanpa sengaja bertemu River yang sedang menggambar gedung. Mereka berbincang, sama-sama asik sendiri dengan pekerjaannya sebelum berpisah. Tanpa tertahan karena penasaran, Raia bertanya pada River apa mereka bisa bertemu lagi besok dengan aktivitas sendiri-sendiri seperti ini? River tentu tahu banyak tempat dan Raia selalu butuh banyak tempat untuk dilihat. River mengiyakan dan keesokan hari dia benar-benar menunggu Raia di depan apartemen Erin. 

Mereka mencoba kedai burger dan kopi baru, restoran dan melihat tempat-tempat baru disela waktu usai mengerjakan kegiatan masing-masing, menulis dan menggambar. River ternyata adalah seorang arsitek yang bekerja di Jakarta. Tanpa sadar pertemuan mereka menjadi rutinitas dan semakin akrab meskipun Raia bahkan tidak tahu banyak tentang lelaki itu meskipun dia sudah mencari namanya di mesin pencari, media sosial adiknya dan apapun itu yang berhubungan dengan River. 

Memang River masih menyimpan sesuatu, luka yang ingin Raia tahu meskipun dia belum tahu tentang apakah luka itu. Tapi Raia rasa dia mulai tahu apa yang ingin dia tulis.

Apa cerita sebenarnya dari River? Bagaimana kisah mereka selanjutnya, well kamu tidak akan menyesal membaca bukunya.


Kata Ninda:
Pertama-tama terima kasih pada Mbak Inge yang sudah meminjamkan buku ini kepada saya.

Setelah Critical Eleven kemudian buku ini, bisa saya katakan bahwa jaraknya tidak terlalu jauh dengan buku berikutnya. Senang bisa membaca tulisan Ika lagi meskipun kemarin saya kecewa dengan Critical Eleven. Katanya novel ini berasal dari pollstory di twitter yang saya juga nggak ngerti gimana awalnya sih, saya sendiri jarang berlama-lama di Twitter.

Buku ini harus saya bilang bahwa ini buku Ika yang paling smooth, paling halus diantara yang lain. Gaya puzzle seperti dalam Critical Eleven muncul lagi disini. Pada dua bukunya yang terakhir Ika menulis dengan cara menyerakkan puzzle dan membiarkan pembacanya menyusuri satu persatu puzzle sebelum merangkainya menjadi kesatuan yang utuh. I do love it. Sungguh.

Pada buku sebelumnya banyak hal bersinggungan dan crashing terutama mengenai sisi keagamaan. Syukurlah disini nggak se-crash itu. Kita nggak perlu penjelasan River tergolong alim, kita tahu dari bagaimana tingkah lakunya. Dia beribadah, dia nggak minum alkohol dan mempertimbangkan makanan halal. Begitu juga Raia. Segala konflik diantara mereka juga masih sangat bisa dimengerti, tidak berlebihan. Antara masa lalu yang berat tapi dihadapkan pada masa depan yang menanti.

Tapi penyelesaiannya juga smooth, apa adanya dan sangat manusiawi. Lagi-lagi beda dengan Critical Eleven yang salah ngomong sekali bikin istri diemin suami berbulan-bulan - padahal suaminya tahu dia salah dan berusaha memperbaiki kesalahan itu. Which is, gimana sih maunya si wanita pecinta bakmi halal tapi demen alkohol ini? Doh Critical Eleven ruins itself, menurut saya. Dan saya belum move on dari kekecewaan saya terhadap buku itu, saya rasa.

Buku ini juga menceritakan perjalanan Ika dalam menulis, seperti buku-buku yang dia baca dan tempat-tempat yang dia kunjungi untuk riset dan mewujudkan isi buku itu. Saya bahkan suka kalimat-kalimat penjelasan, pengantar penjelasan dalam buku ini. TAOL adalah tentang dua orang dewasa yang sama-sama mengalami masa silam pahit, bertemu dengan segala konflik dalam diri mereka masing-masing tapi juga saling merasa nyaman. Cara penulisan karakternya masih sama, khas Ika. Sebenernya karakter yang ada disini tidak berbeda jauh dengan penggambaran karakter yang lalu-lalu, wanita cantik dengan pekerjaan bagus yang punya sahabat cewek cenderung witty dan 'gila'. Cuma memang Raia ini cenderung lebih lembut, sensitif sesuai pekerjaannya. Keseluruhannya mirip-mirip teteup, memang ini cara Ika menyatu dengan karakter novel yang ditulisnya menurut saya.

TAOL juga sedikit banyak mengajari kita tips wirausaha seperti bagaimana River dan Paul memilih mendirikan biro arsitek kecil dan membangunnya berdua hingga berkembang daripada menjadi pegawai dari perusahaan besar yang sudah jelas mapan. Raia yang sekolah di bidang keuangan tapi menjadi penulis, bekerja sendiri, mengelola karyanya tapi dia juga tidak lupa berinvestasi via reksadana. Tempat-tempat sebagai settingnya juga demikian menginspirasi, seperti deretan toko buku-toko buku unik yang disukai Raia di New York, akan memberikan kita ide segar jika ingin mengembangkan usaha toko buku yang spesial dan menjadi favorit para pelanggannya. Begitu juga kedai-kedai dan restoran. 

Yah mungkin teman-teman sedang mencari ide untuk berwirausaha, meskipun suasana buku ini hopeless romantic but cool-nya tetep, gak norak gitu emang bener kok kita bisa menemukan banyak ide dan inspirasi di buku ini. Tergiur inspirasi usaha disini tapi modal masih belum cukup? yah usaha online dulu deh, murah meriah, sistem pembayarannya bisa pakai Dompetku+ biar aman dan gampang. Buku ini penuh inovasi usaha yang mungkin kita belum pernah temui selama ini. Sambil baper sambil cari ide kan ;)

Overall saya suka banget buku ini :) Feel-nya dapet banget. Buat yang baperan ati-ati aja deh. Memang endingnya ketebak banget, non twist tapi kita menikmati prosesnya kok lewat kata-kata yang disuguhkan Ika. Bukan sekadar pengantar tapi juga mampu membuat kita memiliki sudut pandang baru, yang lebih luas. Dan oh ya ada extras kelanjutannya Harris - Keara dan Ale - Anya disini. Kalau saya sih penginnya ada sequel Antologi Rasa ya.
Berikut ini quote-quote yang saya suka dari buku ini:

7 comments:

  1. Buku ini, pengobat kekecewaan akan buku CE yaaaa... Dan kamu udah bikin review aja, aku dooooonk....... Belum muahahaha. #kokmalahbangga

    Tapi walau endingnya smooth tapi kok kurang greget ya wkwkwkwk... Menurutku loh...

    ReplyDelete
    Replies
    1. indeed mbak
      tapi memang termaafkan sih bagiku bagian ending yang kurang gelegar itu

      Delete
    2. Kirain aku doang yg bilang kurang gerrrrrrr gituuu endingnya

      Delete
  2. Doooh jadi pnasaran ma river, e ini sekaligus blog buku juga ternyata
    Haha, akhirnya aku jg bikin blog film ni

    Hmmm, kadang klo baca buku, aku mslah ga terlalu seneng ngliat latar belakang agama tokohnya xixiii, kadang jadi ambigu sih ama keseharian klo pas mlenceng dari kaidah agama tertentu

    Klo dari segi cover, lucukkkk

    ReplyDelete
  3. Huaaa, ini ninda juga. Kamu luar biasa nind, rajin :) duh River dan Raia yaaa, baper jg ngga yah filmnya nind...

    ReplyDelete
  4. Emm... aku setuju bagian dari Critical Eleven yg nabrak2 dari sisi agama. Menurutku butuh kedewasaan buat org yg baca shg gak jadi permisif dg itu. Maksudku, walaupun di novel diceritakan sbg hal yg biasa, wajar, tapi aslinya kan mau gimanapun hukum agama gak boleh begitu.

    Terus yg bagian si Cewek ngambek sampai berbulan2 ke suami itu jga bikin kesel sih lama2, kok ya komunikasinya gak jalan banget, pdhl suaminya jg udah yg nurut apa2 mau, minta maaf meski gak ngerti salahnya apa. Tapi ya memang itu bumbunya cerita sih, klo gak begitu bukunya kelar beberapa halaman dong. Hehehe...

    Tapi overall aq suka bukunya Ika Natasha. Meski belum baca buku yg terbaru ini sih *apadeh, ini aq malah ngereview buku sebelumnya*
    Dari sinopsis yg kamu buat kayaknya menarik sih bukunya, tapi mesti tipe2 ceritanya mesti mirip.

    ReplyDelete
  5. Aku blm baca sma sekali karya Ika. Di grup buku pada heboh sih yaaa

    ReplyDelete